Minggu, 29 Juni 2008

Geng nero dan stip

Geng nero dan stip

Plaagh..plaagh..terlihat gambar seorang cewek sedang menampar seorang gadis yang lain. Sementara teman yang lain merekam adegan itu dalam ponsel dan ditayangkan di layar televisi. Terdengat suara penyiar yang memberitakan sebuah tindak kekerasan yang dilakukan oleh senior sebuah geng cewek bernama nero singkatan dari ‘neko – neko dikeroyok’ yang ada di Pati, Jawa tengah. Konon, mereka sedang ‘menegakkan disiplin’kepada juniornya, di salah satu lorong kecil yang konon bernama gang cinta.
Beberapa waktu kemudian di televisi lain, berita yang disajikan juga tidak kalah menarik. Temanya-pun masihlah sama, kekerasan. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran atau STIP yang bermarkas di jl.Marunda Jakarta utara. Terlihat beberapa orang dengan kepala hampir botak dengan pakaian terbuka yang disebut junior, tampak tengah dipukul dan ditampar oleh orang berpakaian yang lazim disebut dengan senior. Dimana beredarnya video ini berawal dari meninggalnya salah seorang mahasiswa yang diduga dianiyaya oleh para seniornya.
Dua berita tersebut akhir – akhir ini memang banyak ‘menyita’ jam tayang stasiun televisi Indonesia dan setelah berita itu di expose ke publik. Tak pelak lagi, kegegeran ini langsung mendapat reaksi missal dari penonton. Baik melalui sms, telepon atau pun menjadi menu obrolan. Dan tidak sedikit tanggapan itu berupa cacian yang di tujukan kepada si executor. Dari yang meminta kasus itu di usut tuntas sampai yang mengusulkan agar sekolah itu ditutup saja. Hal ini tentunya mengingatkan kita akan kasus STPDN yang sampai sekarang masih menjadi polemik yang berkepanjangan.
Ada beberapa hal yang kita soroti pada saat menonton adegan tersebut. Selain membuat adrenalin terpacu, yang menyebabkan kita tanpa sadar ikut serta dalam mengomentari adegan itu, komentar yang keluar memang tidak terlepas dari sudut mana kita memandangnya. Apakah kita sangat tidak suka kekerasan atau kita tidak suka menonton adegan kekerasan yang tidak direkayasa, murni, bahkan tanpa edit (karena kalau didunia film.kekerasan bisa di rekayasa sedemikian rupa baik via computer ataupun penggunaan stunt man).
Ini yang mungkin perlu kita tanyakan kepada diri kita.
Banyak hal yang memicu adanya kekerasan, diantaranya sifat ego. Ada dendam, merasa punya kekuatan, tidak mau tersaingi, sering berlaku kasar baik ucapan maupun tindakan. Hal lainnya, bisa jadi dikarenakan rasa terhina, dan terpancing berbuat kekerasan karena dipicu oleh adanya ‘pancingan’ dari pihak lain. Terakumulasinya suatu permasalahan dan lain lain.
Tetapi diantara banyak sebab timbulnya kekerasan, ada satu poin yang perlu kita waspadai betul. Yaitu kekerasan turun temurun (berjenjang) dan inilah yang terjadi di STPDN, geng nero dan yang terbaru di STIP. Kekerasan yang berdalih ingin ‘mengajarkan disiplin’ dari senior kepada juniornya ini, tiba-tiba terexpose apabila ada yang meninggal. Tragisnya lagi, apabila perlakuan seperti ini sudah di sebut ‘tradisi’ dan dianggap biasa.
Peristiwa kekerasan yang berlangsung ini tidak akan terexpose ke masyarakat melalui media kalau tidak ada yang meninggal dunia . Pertanyaan seperti ini yang banyak di lontarkan oleh masyarakat luas. Kenapa perlakuan yang di sebut kekerasan itu tidak tercuat pada saat di mulai nya kekerasan?apakah itu di anggap biasa atau itu merupakan ‘rutinitas’ tiap tahun atau guna membentuk image bahwa junior harus patuh dengan seniornya dengan cara kekerasan?
Memang banyak pertanyaan yang timbul setelah menyaksikan peristiwa ini.
Kekerasan memang tidak menyelesaikan masalah justru menambah masalah baru. Lantas, kenapa terjadi kekerasan yang turun temurun? Ada beberapa penyebab diantaranya: 1. Adanya keyakinan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di lihat dari senioritas 2.Diberi wewenang untuk mengajar dan menghukum juniornya(adik kelas). 3.Selalu minta di hormati sebagai senior 4.Adannya kesempatan.5.Merasa tidak diawasi 6.Balas dendam(di perlakukan sama pada saat menjadi yunior).6. Lain – lain
Ini hanya beberapa penyebab terjadinya kekerasan yang turun temurun.
Jika anda tidak menyukai kekerasan, pasti kita tidak akan melakukan hal yang sama kepada orang dekat (anak, istri, atau suami). Termasuk juga kepada bawahan kita, pembantu kita atau kepada semua orang yang berhubungan dengan kita. Hindari memancing orang untuk berbuat kekerasan kepada kita, dengan menjaga dan menghindari dari sikap benci, sombong, ego, merasa berkuasa, merasa banyak dukungan, dendam dan lain – lain.

0 komentar:

Template by - BlackUstadz | Daya Earth Blogger Template